Efek Fotolistrik
Pernahkah kamu melihat pelangi? Pernahkah kamu melihat warna-warni
di jalan aspal yang basah? Pelangi terjadi akibat dispersi cahaya
matahari pada titik-titik air hujan. Adapun warna-warni yang terlihat di
jalan beraspal terjadi akibat gejala interferensi cahaya. Gejala
dispersi dan interferensi cahaya menunjukkan bahwa cahaya merupakan
gejala gelombang. Gejala difraksi dan polarisasi cahaya juga menunjukkan
sifat gelombang dari cahaya.
pola warna-warni di atas aspal basah yang dikenai bensin terjadi akibat interferensi cahaya Gejala fisika yang lain seperti spektrum diskrit atomik, efek
fotolistrik, dan efek Compton menunjukkan bahwa cahaya juga dapat
berperilaku sebagai partikel. Sebagai partikel cahaya disebut dengan
foton yang dapat mengalami tumbukan selayaknya bola.
Efek Fotolistrik
Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar
dari permukaan logam. Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek
fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai berikut. Dua buah pelat
logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam tabung
hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain
dengan kawat. Mula-mula tidak ada arus yang mengalir karena kedua plat
terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada salah satu pelat,
arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya
elektron-elektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain
secara bersama-sama membentuk arus listrik.
Hasil
pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta
yang merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu
adalah sebagai berikut.
- hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar
dari frekuensi tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari
pelat logam atau menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang ditandai
dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari
cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi
ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan
merupakan karakteristik dari logam itu.
- ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik,
penambahan intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah
elektron yang terlepas dari pelat logam (yang ditandai dengan arus
listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi
untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang
meskipun intensitas cahaya diperbesar.
- ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada
rangkaian kawat segera setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat
logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron terbebas dari
permukaan logam setelah logam disinari cahaya.
Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan
menggunakan teori gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam
mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak dipandang sebagai gelombang
yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya sebagai
partikel.
Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang
tersedia melalui konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang
dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai untuk menjelaskan spektrum
radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini
digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik.
Di sini, cahaya dipandang sebagai kuantum energi yang hanya memiliki
energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai
E =
hf.
Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang
terjadinya efek fotolistrik adalah bahwa satu elektron menyerap satu
kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap elektron digunakan
untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal
ini dapat dituliskan sebagai
Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron
E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hf – hf0
Persamaan ini disebut
persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa
W0 adalah energi ambang logam atau fungsi kerja logam,
f0 adalah frekuensi ambang logam,
f adalah frekuensi cahaya yang digunakan, dan
Ekm
adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas dari logam dan
bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek
fotolistrik dapat ditulis sebagai
Dimana
m adalah massa elektron dan
ve
adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi dalam SI adalah joule (J)
dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam biasanya
dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1
eV = 1,6 × 10
−19 J.
Potensial Penghenti
Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek
fotolistrik dapat dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang
pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek fotolistrik dipasang sumber
tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber dihubungkan
dengan pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber
dihubungkan ke pelat yang lain), terdapat satu nilai tegangan yang dapat
menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.
Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang
lepas dari permukaan logam akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang
menyebabkan elektron berhenti terlepas dari permukaan logam pada efek
fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (
stopping potential). Jika
V0 adalah potensial penghenti, maka
Ekm = eV0
Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa
e adalah muatan elektron yang besarnya 1,6 × 10
−19 C dan tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V).
Aplikasi Efek fotolistrik
Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (
photonic device) seperti lampu LED (
light emitting device) dan piranti detektor cahaya (
photo detector).